Iwan Piliang, Pahlawan atau Orang Bayaran?

SAMPAH harus berada di tong sampah.  Jika sampah diletakkan di atas meja maka sampah menjadi pajangan yang bisa bikin muntah. Kalimat itulah yang tepat menilai wawancara via Skype antara Narliswandi alias Iwan Piliang dengan M. Nazaruddin, buronan dunia atas kasus korupsi.

Jauh sebelum Iwan melakukan wawancara dengan Nazar, saya sudah menduga ialah sesungguhnya yang berada di balik pemuatan blogwww.nazaruddin78.blogspot.com dan kemudian blog http://www.nazaruddindemokrat.blogspot.com. Blog yang diakui Nazaruddin sebagai miliknya.

Inilah sebagian fakta yang ada:

Pertama, Iwan Piliang merupakan pemimpin redaksi majalah Dmagz yang dibiayai Nazaruddin. Dmagz hanya terbit sekali (dan langsung mati). Iwan Piliang mulai menggarap Dmagz setelah mundur dari Pemimpin Redaksi Majalah Demokrat, majalah resmi DPP-PD sekitar Januari 2011.

Fakta di atas menunjukkan bahwa Iwan sangat mengenal Nazar bahkan pernah menjadi pasukan Nazar, sebelum Nazar dihantam kasus wisma atlet. Iwan juga masih berstatus pemimpin redaksi Dmagz ketika Nazar dihantam kasus wisma atlet.

Pertanyaannya, siapakah orang yang dipanggil Nazar menulis untuknya jikalau Nazaruddin membutuhkan orang untuk membantunya? Bukankah ia pasti  meminta bantuan orang yang sangat ia kenal baik?

Tentulah Anda, para pembaca, beranggapan, bisa saja Iwan tak mau membantu tuannya. Jika begitu silakan simak, fakta kedua ini.

Dari cerita yang disampaikan seorang redaktur di Dmagz, Nazaruddin pernah menghubungi Iwan ketika kasus di Kemenpora meledak. Pernyataan ini disampaikan redaktur tersebut saat bertemu saya dan Bobby Triadi (wartawan majalah demokrat) di pusat jajan Pasaraya Manggarai. Nazar meminta Iwan membantunya dalam kasus Wisma Atlet.

Fakta ketiga, redaktur itu juga menyatakan, setelah ditelepon Nazaruddin, Iwan kembali masuk kantor Dmagz (di jalan Sawahlunto, Jakarta Selatan). Padahal Iwan tidak masuk kantor hampir sebulan karena sempat konflik dengan Nazar. Di kantor Dmagz, Iwan sempat berkata keras “Kalau sudah ada masalah saja, baru minta tolong.”

Fakta keempat, di dinding facebooknya, Iwan menyatakan, ia berada di Palembang. Iwan berasa di sana hanya beberapa hari setelah  kasus Kemenpora meledak. Saya menduga ia berkunjung ke Palembang untuk melihat wisma atlet yang dibangun di kota tersebut.

Fakta kelima, berdasarkan data yang ada, blog Nazaruddin dibuat di Jakarta sedangkan Nazaruddin berada di Singapura. Sehingga tidak mungkin Nazar yang melakukan hal itu tetapi jelas orang bayarannya yang bisa menulis.

Fakta keenam, Iwan sangat akrab dengan media sosial hingga sangat mudah baginya memakai media itu untuk menyampaikan dan menyebarluaskan sampah (baca: statement tanpa data dan fakta) yang diumbar Nazaruddin.

Fakta ketujuh, blog Nazaruddin memuat kata “verifikasi” sebuah kata yang jarang dipakai publik tetapi umum dipakai Iwan Piliang sebagai bentuk kekagumannya pada buku “Sembilan Elemen Jurnalisme”, karya Bill Kovach.

Fakta ketujuh,

Di dinding facebooknya Iwan Piliang Full pada 08 Juni 2011 menulis:

Di Jambi, verifikasi 600 ha SHM warga “dirampok” cukong, sdh ada sawit panen tiap hari. TBS, dpt Rp 200 jt/hr. Jk Nazaruddin, Demokrat, punya lbh 6.000 ha, plus kilang CPO sdr, hitunglah dokunya. Nazar, kebetulan sy kenal. OC Kaligis di Metro TV bilang, KPK langgar KUHP di cekalnya. KPK di kasus Zatapi memble, byk memble lainnya. Di kasus Nazar: kt simak hukum abal2, tiada kwn di politik, cm ada kepentingan dan alat

Top of Form

08 Juni jam 7:29 ·

Arini F Schoon menyukai ini.

Iwan Piliang Full Status ini bukan membela Nazar. tetapi mengajak menyimak sudut pandang lain. Selamat beraktifitas kawan-kawan. Salam

08 Juni jam 7:32 · SukaTidak Suka

 Rabu, 15 Juni 2011

“Perihal berikutnya yang ingin  saya sampaikan adalah: seakan-akan saya pribadi melalui partai memperkaya diri.  Hal ini  silakan penegak hukum dan media melakukan  invetigasi. Sebelum masuk ke partai politik secara kebetulan Allah memberikan kesempatan kepada saya memiliki kebun sawit dan pengolahannya. Dari berkebun itulah saya sebagai sosok yang boleh dibilang muda, bahkan ada media menulis saya anak kemarin sore,  berpikir terjun secara professional ke politik.

Wartawan bisa menghitung, jika 600 hektar saja sawit kita punya, bisa menghasilkan TBS dan mendapat penjualan setidaknya Rp 200 juta/hari. Bisa dihitung, jika saya memiliki  minimal 10 kali lipat dari 600 ha, plus pula mesin pengolahan? CPO?”

 Angka yang sama persis “sawit Nazar berjumlah 6000 hektar”.

Iwan di status facebook menulis “Jk Nazaruddin, Demokrat, punya lbh 6.000 ha, plus kilang CPO sdr, hitunglah dokunya” 

Nazaruddin menulis di blognya “Wartawan bisa menghitung, jika 600 hektar saja sawit kita punya, bisa menghasilkan TBS dan mendapat penjualan setidaknya Rp 200 juta/hari. Bisa dihitung, jika saya memiliki  minimal 10 kali lipat dari 600 ha, plus pula mesin pengolahan? CPO?”

Fakta-fakta di atas menunjukkan indikasi kuat, Iwan Piliang bukanlah reporter yang bersusah payah melakukan pengejaran terhadap pelarian Nazaruddin. Ia memang menjadi bagian dari tim Nazaruddin.

Jika Anda sempat menyimak lebih jauh maka Anda akan paham bagaimana kedekatan Iwan dengan OC Kaligis (mereka berduet dalam menyelidiki kasus kematian David Wijaya di Singapura). Iwan bahkan sempat menyerahkan penanganan kasus David kepada pengacara di Singapura, hal yang menunjukkan, Iwan akrab dengan hukum di Singapura. Maka tidak perlu heran jika Nazar tiba-tiba memiliki pengacara di Singapura.

Tentu masih banyak lagi pengetahuan yang saya simpan tentang Iwan Piliang (mengingat kami pernah sangat dekat dalam tiga tahun perjalanan). Hanya saja, biarlah soal Nazaruddin ini dulu ia jawab jika memang Iwan mau menggunakan sendiri kalimat yang sama kami pegang: “kata mesti dibalas kata”.

Yang pasti, saya tegaskan, saya akan merasa bodoh sekali jika percaya bahwa Iwan Piliang bekerja keras memburu Nazaruddin. Saya jelas sangat percaya: Iwan Piliang hanyalah alat Nazaruddin untuk memperbaki citranya yang hancur  lebur.

Tentu pula (tidak seperti saya) Nazaruddin dengan segala serapahnya selama berbulan-bulan tak mampu sedikit pun menunjukkan fakta tentang keterlibatan kader Demokrat (kecuali dia yang sudah dipecat dari kader secara de facto).

Satu-satunya fakta yang ditunjukkan Nazaruddin hanyalah: lari pontang-panting dari jeratan hukum! (didik l. pambudi, redaktur pelaksana http://www.demokrat.or.id)

Website partai Demokrat,  Sabtu, 23 Juli 2011 | 06:11 WIB

http://www.demokrat.or.id/2011/07/iwan-piliang-pahlawan-atau-orang-bayaran/

Leave a comment